Nama Gunung Sikunir mungkin belum sepopuler Gunung Merapi di Yogyakarta atau
Gunung Bromo di Tengger atau gunung Semeru. Satu dari sekian banyak gunung yang
mengelilingi Dataran Tinggi Dieng ini memiliki ketinggian 2350 meter dpl. Ada
dua cara untuk mencapai puncak Sikunir yang berjarak 8 km dari Dataran Tinggi
Dieng. Pilihan pertama adalah trekking dimana kita harus mulai pada jam 3 dini
hari. Kondisi fisik dan berbagai perlengkapan lain harus benar-benar
dipersiapkan bila memilih cara trekking ini. Pilihan kedua adalah naik
motor/mobil, namun perlu diingat jika kita menggunakan kendaran sendiri harus
ekstra hati-hati karena trek menuju lokasi jalanya sempit, naik turun , banyak
tikungan dan aspalnya pun sudah mulai rusak. Apalai jika turun kabut di
sepanjang jalan, maka perlu kewaspadaan tingkat tinggi dalam menempuh jalur
ini.
Jika perjalanan lancar, kurang lebih 30-45menit maka kita akan sampai di
desa Sembungan yang menurut informasi merupakan desa tertinggi di Dieng.
Sesampainya di desa Sembungan, tepatnya di sebelah area parkir kendaraan bagi
wisatawan yang ingin mendaki bukit
sikunir, terdapat sebuah telaga dengan airnya yang masih jernih sekali yaitu
Telaga Cebongan. Telaga ini di dikelilingi areal pertanian sayur dan beberapa
bukit di sisi-sisinya termasuk Sikunir. Telaga ini bisa menjadi alternatif
wisata setelah kita menikmati sunrise di puncak Sikunir. Untuk para fotographer anda akan dimanjakan dengan begtu banyaknya objek foto
HI, ketika para petani sayur di sekitar telaga ini mulai beraktifitas...
Petani sayaur berangkat ke ladang |
memikul pupuk kandang |
Perjalanan saya dimulai jam 4
pagi bersama rombongan Fotographer dari Komunitas Fotographer kota Tua Jakarta
menggunakan mobil. Ternyata jalanan gelap gulita, tanpa ada satupun lampu jalan
yang menerangi. Baru beberapa ratus meter, mendadak kabut turun menyelimuti.
Jarak pandang yang hanya satu meter dan medan yang berkelok-kelok serta naik
turun lengkap dengan lubang dan tanah becek di tengah jalan sungguh sangat
berbahaya bila seseorang yang tidak hapal betul dengan medan sekitar mengendarai
kendaraan sendiri. Meskipun demikian, pada kesempatan lain jalur trekking
mungkin layak juga untuk dicoba. Berjalan kaki sambil menghirup udara segar dan
menikmati langit cerah bertabur ribuan bintang terdengar cukup menarik dan
menantang.
Sampai di
parkiran Bukit Sikunir ternyata sudah ramai pengunjung, mobil-mobil dan
motor-motor tampak sudah memenuhi area tersebut. Rombongan-rombongan turis pun
sudah mulai ramai berduyun-duyun berjalan beriringan mengikuti arah jalan
setapak. Dari Desa Sembungan yang berada di ketinggian 2302 meter dpl,
perjalanan dilanjutkan dengan mendaki jalan setapak licin yang diapit jurang
dan hutan,perjalanan kurang lebih 800m- 1 km .Udara terasa sangat dingin,
bahkan untuk bulan tertentu yakni juni, Juli dan Agustus suhu disana bisa
mencapai titik beku... Saat mendaki Sikunir, winter jacket dan sarung tangan
terasa belum cukup untuk melindungi tubuh dari dinginnya angin yang menggigit.
Ditambah lagi dengan jalan mendaki yang serasa tak kunjung sampai. Nafas mulai
tersengal dan jantung serasa hendak berhenti berdetak.Perjalanan mulai berat sekitar 200 meter dari area
parkir karena mulai menanjak di batu-batuan licin karena basah selepas hujan.
Luas jalannya pun hanya bisa dilewati satu orang, jadi harus antri dan agak
susah kalau mau melewati antrian itu..
setelah
beberapa saat akhirnya berhasil juga sampai ke puncak. Pemandangan yang
terhampar di depan sungguh sangat menakjubkan. Lembah yang masih gelap nun jauh
di bawah sana nampak berkelap-kelip dengan lampu-lampu yang menyala di
desa-desa kecil yang tersebar diantaranya. Gunung Sindoro berdiri kokoh di
depan mata. Hamparan awan dan kabut di bawah kami memberikan kesan bahwa kami
benar-benar berada di negeri di atas awan. Bentangan langit cerah dengan ribuan
bintang semakin menambah keindahan suasana. Bila cuaca cerah, dari puncak
Sikunir ini akan terlihat Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi dan Ungaran.
Seorang teman bercanda dan mengatakan bahwa dia merasa seperti seorang dewa,
berada di istananya yang tinggi menanti bangunnya sang mentari. Semburat jingga
mulai terlihat di ufuk timur, menampilkan keindahan siluet Sindoro yang disusul
dengan bayangan Gunung Merbabu, Sumbing, Ungaran, dan Merapi yang nampak mungil
dengan kepulan asap tipisnya.
Penat kaki akibat mendaki dan sakitnya dada yang
tersengal-sengal langsung sirna ketika melihat keindahan CiptaanNya, apalagi
sambil minikmati segelas kopi panas yang bisa kita beli dari para pedagang ya
ada disana................(with : Widhi_cruz, mas Slamet Akar Sugiharto, Om
Kris, mas Dodi_titac, om Blue box/Widarman)
Foto: Widhi_cruz
pingin kesana lagi
ReplyDelete